Weblog | Members area : Sonny Dogopia | Sign in

"...I Believe in my life, with Jesus christ..." ~Sonny Dogopia's Motto~


Translate This Weblog


Surat Izin Di Polisi, Brimob Duluan Hadir Karena Masalah Anak dan Bapak

Rabu, 27 Maret 2013


Rektor Uswim, Didimus Mote saat memberikan penjelasan soal SPP kepada mahasiswa didampingi Dandim dan Kapolres Nabire. Foto: Yermias/MS

Kamis (21/03/13), Mahasiswa Universitas Satya Wilayah Mandala (USWIM) telah melangsungkan Demontrasi penurunan biaya SPP yang melonjak tinggi. Dan di waktu yang bersamaan pihak Kampus sedang melangsungkan sosialisasi di SMA/K dan sederajat. Akibatnya, aspirasi-aspirasi mahasiswa memantul.

Mahasiswa pun meninggalkan lokasi kampus dan menyepakati akan kembali hari Jumat (22/03/2013) dalam jumlah massa yang bertambah.

Besoknya, Jumat, sekitar Pukul 08:00 WP, titik kumpul di Pasar Karang dan bergerak ke Kampus USWIM. Namun, di titik kumpul jumlah massa minim, maka semua Mahasiswa USWIM bertemu di Kampus.

Ratusan mahasiswa telah kumpul. Sekitar Pukul 10:00 WP memulai Demontrasi menuntut penurunan biaya SPP di depan rektorat.

Di titik nol, areal kampus sudah ada Brimob satu truk, Lantas, dan Polisi umum.

Terlihat ada Brimob dan Polisi. Brimob beridir sekitar 20 meter tepat di belakang mahasiswa saat bernegosiasi dan Polisi berlalu-lalang di areal kampus sampai pada Gapura depan. Dandim 1705 mendampingi rektor di sisi kanan dan Kapolres Nabire di sisi kiri.

“Kami ke sini meminta agar rektor segera menurunkan biaya kampus yang terlalu mahal,” kata Koordinator Lapangan (Korlap), Sekertaris Senat, Nawipa, dalam orasinya.

Setiap jurusan kenaikannya sama dan ini sudah terjadi dari tahun-tahun sebelumnya.

“Selama ini kami tu diam-diam saja. Sekarang sudah masuk semester genap ni, tepat di 22 Maret 2013, kami meminta agar biaya diturunkan sesuai dengan kondisi kampus yang tidak beres,” kata Juru Bicara (Jubir), Y. Kayame dan dibantu Tekege.

Awal Tahun 2013 memasuki semester genap, di tiap-tiap jurusan rata-rata, total biaya SPP Persemester Rp 3.500.000,00- dan hitungannya; biaya SPP Variabel per-SKS Rp 70.000,00-, biaya SPP Tetap Rp 850.000, 00-, dan biaya lain-lain Rp 900.000,00-. Belum termasuk biaya pertama masuk di USWIM sekitar Rp 6.000.000,00- dan biaya Studi Banding rata-rata Rp 2.000.000,00-.

Rektor USWIM dalam pertemuan terbuka di depan rektorat menjelaskan pemakaian biaya tersebut di dampingi, DPRD, Kapolres, dan Dandim. Mahasiswa mempersoalkannya. Karena, dinilai tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya di Kampus.

Alasan kenaikan biaya Rektor USWIM, Didimus Mote SH., M.Si. mengatakan, “Biaya ini naik, karena tidak ada bantuan apa pun untuk menunjang sarana dan prasarana di kampus yang merupakan awal dari Misi USWIM demi menuju pada Visi. Sperti biaya lain-lain Rp 900.000,00- diperuntukan penggunaan Bus bagi antar jemput mahasiswa dan kegiatan mahasiswa,” saat meresponi aksi mahasiswa.

Balasan spontan mahasiswa, fasilitas kampus seperti laboratorium, perpustakaan masih belum ada hingga saat ini, dan dosen-dosen malas mengajar.

USWIM memunyai lima Fakultas, yaitu; Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Pertanian dan Peternakan (FAPERTANAK), Perikanan dan Kelautan (FAPERIKLA),  Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), dan Teknik (FATEK). Dengan masing-masing jurusan yang membutuhkan banyak turun lapangan. Jadi, status kampus yang sudah terakreditasi seharusnya sudah ada bantuan agar menunjang kemajuan USWIM tanpa mempersulit mahasiswa.

Mahasiswa meminta pihak kampus untuk koordinasi beberapa menit membicarakan kemungkinan penurunan biaya pendidikan di kampus USWIM. Pihak kampus melakukan pertemuan sekitar 30 menit. Akhirnya biaya penggunaan Bus dan kegiatan mahasiswa Rp 900.000,00 dihapuskan, dan biaya SKS diturunkan menjadi Rp 50.000,00 dengan syarat.

Di saat yang bersamaan, terdengar teriakan “bakar Kampus tuu… dan kaca pun terdengar picah.”
Sebelumnya, Mahasiswa aksi tidak membawa senjata tajam bahkan Bensin. Hal ini diungkapkan oleh Wene Tekege, anggota mahasiswa aksi. Jadi, terkait suara yang mengatakan bakar kampus dan lemparan yang mengakibatkan picahnya kaca, itu kami tidak tahu, tidak ada setingan aksi seperti itu.

 Di areal kampus Pukul 12:20 WP, Jumat (22/03) Gabungan Brimob dan Polisi membuang Gas Air Mata. Mahasiswa pun terpukul mundur dan kecewa terhadapt tindakan aparat keamanan itu, apalagi kehadiran Brimob yang lebih dulu.

Sekitar Pukul 12:30 WP, Tindakan spontan mahasiswa meresponi aksi Brimob dan Polisi mengakibatkan Polisi mengeluarkan tembakan peringatan sekitar 15 Peluru Karet. Namun, tembakan Peluru Karet dari Brimob sekitar 20 tembakan yang berjarak sekitar 30 meter dari Brimob dan mahasiswa mengakibatkan empat mahasiswa aksi korban.

Kena tembakan Pelurutembus di Paha kiri dan bersarang di paha kanan, Kristianus Douw (20 Tahun) Jurusan Peternakan Semester IV.  Kena tembakan satu peluru mengikis di Lengan kiri, Dogomo. Kena sangkur di Kepala belakang tepat di kiri, Semi Yogi (19 Tahun) FISIP, Semeter II.  Dan kena tembakan satu peluru mengikis di Kepala kanan, Pekei.

Sekitar Pukul 13:00 WP, empat mahasiswa aksi ditahan dan di bawa ke Polres untuk dimintai keterangan dan dikeluarakn sekitar Pukul 20:30 WP.

Empat mahasiswa aksi adalah; Aminadap Mote (19 Tahun) Semester II,  Phlipus Mote, Kristianus Douw yang adalah sebelumnya korban tembak dan langsung di bawa ke Rumah Sakit Umum Sriwini Nabire, dan Ham Youw.

Seperti yang dilangsir di www.majalahselangkah.com,  saat konfirmasi soal penembakan itu, Kapolres Nabire, AKBP Bahara Marpaung  membantah. "Ah tidak ada penembakan. Itu hanya peluruh sampah. Kalau ada yang terluka itu pasti kena batu atau alat tajam lain. Anggota kami tidak menembak. Kami hanya membantu mengamankan saja karena mahasiswa membawa bensin untuk membakar,"katanya.

Sebelumnya perlu diketahui bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat Pasal 2 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (“UU 2/2002”). Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) bertugas melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan (lihat Pasal 14 ayat [1] huruf a UU 2/2002).

Berkaitan dengan aksi demontrasi di institusi pendidikan/kampus, dapat kita lihat pengaturannya dalam UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum (“UU 9/1998”). Unjuk rasa atau demonstrasi merupakan salah satu bentuk penyampaian pendapat di muka umum (lihat Pasal 9 ayat [1] huruf a UU 9/1998). Dalam Pasal 10 UU 9/1998 sebenarnya telah ditegaskan bahwa penyampaian pendapat di muka umum wajib diberitahukan secara tertulis kepada Polri (ayat [1]), dan diterima oleh Polri setempat selambat-lambatnya 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sebelum kegiatan dimulai (ayat [3]). Namun, pemberitahuan secara tertulis ini tidak berlaku bagi kegiatan ilmiah di dalam kampus dan kegiatan keagamaan (ayat [4]). 

Mahasiswa USWIM telah memberikan surat izin aksi. Dan Polisi pun terima sehingga mengutuskan beberapa anggotanya untuk berjaga.

Surat pemberitahuan tersebut memuat (Pasal 11 UU 9/1998); maksud dan tujuan, tempat, lokasi, dan rute, waktu dan lama, bentuk, penanggung jawab, nama dan alamat organisasi, kelompok atau perorangan, alat peraga yang dipergunakan dan atau jumlah peserta.

Setelah menerima surat pemberitahuan tersebut, Polri wajib (Pasal 13 ayat [1] UU 9/1998); segera memberikan surat tanda terima pemberitahuan, berkoordinasi dengan penanggung jawab penyampaian pendapat di muka umum, berkoordinasi dengan pimpinan instansi/lembaga yang akan menjadi tujuan penyampaian pendapat, mempersiapkan pengamanan tempat, lokasi, dan rute.

Dan dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum (dalam hal ini demonstrasi), Polri bertanggung jawab (Pasal 13 ayat [2] dan [3] UU 9/1998); memberikan perlindungan keamanan terhadap pelaku atau peserta penyampaian pendapat di muka umum, menyelenggarakan pengamanan untuk menjamin keamanan dan ketertiban umum sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Dari ketentuan-ketentuan di atas, tidak ada larangan bagi Polri untuk masuk ke suatu institusi pendidikan seperti kampus, apabila terjadi aksi demonstrasi yang berujung kericuhan atau adanya aksi tawuran antar-mahasiswa.

Namun, anehnya gabungan Brimob dan Polisi memulai aksi damai itu menjadi ricuh.

Brimob, Kapolres, dan Dandim seharusnya tahu diri, di mana mereka boleh hadir. Polisi pun masih dalam tahap pertimbangan untuk hadir di Kampus. Apalagi, Brimob dan Dandim, kerja semacam ini dikategorikan primitif. Perlu hilangkan NKRI Harga Mati, karena sudah jelas bahwa ideologinya itu dan akan memakan korban serta akan ada adu domba antar Papua dan Papua sendiri.

Penulis Pemula Sonny Dogopia/B-TPN *)

Si Baju Loreng 753 "Abisan"

Senin, 11 Maret 2013

Foto: Kesepakatan/Dok. DT/


Potongan Coretan Cerpen

Di Pos penjagaan buff, genggaman milik loreng "Abisan" pukulan yang keras, terasa disiksa...
3 di antara 7 hampir bersalah paham... dua kelompok, masing-masing 3 orang dan 7 orang...
dengan rasa yang tawar, menuju Jl. Ambon...

Muncullah 3 orang itu... tak ada satu huruf pun yang mau memulai kata dari 7 orang...
dengan berbagai huruf berfariasi... 3 orang merangkai kata..
"Ah ko diam, ko dapat siku nanti," tutur 1 diantara 7 orang... tak ada seorang pun mau memulai kata...
suasana terasa sunyi... Gubuk taring menjadi hening... kehampaan sekeliling sangat terasa...

Perlahan-lahan menggerakkan anggota tubuh... Tak, tak, tak, ayunan tangan menggenggam pisau... potongan ayam pun selesai... sriiiiittttt....., sriiitttt...., sriiiitttt...., sriiiitttt, butiran beras terisi 4 gelas.
Asap yang begitu tebal, menutupi ruangan sunyi... Sreeennnggg..... terlihat perasa berdansa di kuali
Aroma yang siap disantap, tepat di depan kami...

Bisikan nada sendu, tutur kata berdansa... sebelum terdengar kata "Amin."
nada musik yang merdu... "Munajat Cinta," The Rock...
setelah terdengar Amin...
berganti ke nada yang sama merdunya... Letto, "SEBELUM CAHAYA," memunyai artinya yang sejalan...

Munajat Cinta, Kekasih yang baik hati... adakah pemilik hati yang bernama Kemanusiaan?
Malam gelap, hati yang selalu sepi, tak ada yang menghiasi seperti tak ada cinta...
Tuhan hanya pada-MU kami berharap... Kirimkanlah mereka yang memunyai jiwa kemanusiaan...

Sebelum Cahaya, bagaikan kisah ini... mimpi kita bertaburan, entah kapan... ingatkah engkau sahabatku...
cinta kita, susah, senang, lahir dari keterpurukan Hati...
Nai, ingatkah kepada angin yang berhembus mesra... loreng membelaimu lewat genggaman abisan...
Nai, angin kan membawa kita sebelum cahaya...

Lahirkan sebuah kepal-an tangan kita... di Jalan Ambon... masih ada di ingatan... sekelompok pemuda yg saat ini sedang tidur... menabur mimpi... dan siap tuk menggapai mimpi itu...


Sonny Dogopia, "Nantikan Cerpen lengkapnya." *)

Bupati Nabire Tak Peduli Nasib “Mama-Mama Papua”

Foto: Mama-mama Papua Berjualan/Dok. SD/
Semenjak menjadi Bupati Nabire, semenjak itu pulah Isaias memiliki peran besar untuk menjalankan tugas, fungsi dan tanggung jawab dalam menjawab dan menyelesaikan semua problema yang ada disetiap sendi-sendi kehidupan orang papua, khususnya di Nabire.

Memasuki tahun yang ke empat dalam kepemimpinannya, masyarakat Nabire mengeluh dan merasa tidak puas dengan kinerja bupati.

Dinilai pembangunan infrastruktur lumpuh total, ditambah lagi tidak ada pembangunan sumber daya alam dan manusia.

Dari sederet masalah yang sedang menumpuk di pundak Bupati, saya hanya terpukul dengan satu masalah, yakni masalah Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan. Dimata kelihatannya sepeleh dan tidak terlalu penting untuk dibahas tapi jika dilihat baik-baik, perannya besar dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari orang papua.

Menurut pandangan kacamata saya selama berada di kota Nabire, pemberdayaan ekonomi kerakyatan terutama ekonomi orang papua telah mati. Tidak berjalan. Semua peluang dan aspek ekonomi dikuasai oleh orang luar papua, mulai dari monopoli tempat jualan di pasar hingga mengejar proyek-proyek besar lewat CV/PT.

Semua peluang dimonopoli sehingga orang papua hanya menjadi penonton di negeri sendiri. Paling-paling usaha yang dilakoni orang papua di nabire itu pun hanya mama-mama yang berjualan diluar pasar.

Mereka (mama-mama papua) berjualan produksi pangan seperti ubi, keledi, pinang. Sementara usaha lain dikuasai oleh orang lain. Padahal potensi orang papua sangat tersedia, tanah, kekayaan alam, dan lainnya. Namun mereka terjepit, dicekik dengan pembunuhan karateristik.

Bupati tidak pernah mengambil satu kebijakan yang memihak mama-mama pasar. Mereka dibiarkan terlantar dan diabaikan. Padahal kebijakan itu sangat diperlukan agar sistem ekonomi yang sedang monopolistik ini hidup. Kebijakan yang benar-benar harus memihak pada kaum yang lemah, tak berdaya seperti mama-mama di pasar, mengapa tidak pernah ada?.

Melihat kondisi ini, keberpihakan peran pemerintah nabire dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan jauh dari yang diharapkan. Akses pasar lokal misalnya, tidak ada penyediaan fasilitas pasar yang layak dari pemerintah nabire sehingga mama-mama papua diseantero nabire berjualan diatas tanah, onggokan sampah, jalan raya, diatas jembatan dan lainnya.

Nasib mama-mama papua di Nabire dalam akses pasar kondisinya sangat memprihatinkan. Salah satu bukti otentik tidak ada keberpihakan pemerintah nabire dalam penyediaan fasilitas pasar adalah sebuah Pasar Sore Siriwini-Nabire.

Sudah sekian lama dengan bermodalkan meja-meja usang buatan sendiri, mama-mama berjualan setiap sore. Bagaimana perhatian pemerintah?, Padahal pasar ini sudah beroperasi lebih dari 10 tahun dan letaknya saja berada disudut jantung kota Nabire, tepat depan Kediaman Bupati.

Kondisi pasar yang seperti ini, bayangkan jika datang hujan atau panas, apa yang terjadi dengan nasib mama-mama. Yang didapat bukan lagi keuntungan melainkan kerugian berkali lipat.

Yang menjadi pertanyaan buat Bupati Isaias Douw, lantas kapan mama-mama pasar ini berjualan di pasar yang permanent?, Dimanakah slogan Otsus akan menjadi tuan Diatas Negerinya Sendiri?, Kapan akan terwujud?.

Jangan bapak terus memperkaya diri dengan uang rakyat. Susahnya apa, membangun pasar kecil untuk mama-mama papua. Usahamu yang membutuhkan uang milayaran rupiah kamu korban tapi membangun pasar kecil saja susah amat.

Bukti konkrit, melalui "CV. Karya Papua" yang dimiliki keluarga Douw. Usaha yang dibuatnya banyak sekali. Hampir disetiap sudut kota Nabire terpampang tulisan CV Karya Papua dengan bidang usaha masing-masing. misalnya, bilyard, futsal, pemancingan, dan lainnya. Ini usaha yang sedang dibangunnya secara gila-gilaan.

Selain itu, perusahaan kelapa sawit yang berada di Sima. Yang menjadi heran, jalan raya didalam kota nabire banyak yang rusak parah tapi jalan dari wanggar, wami sampai ke sima, tempat perusahaan kelapa sawit berada, jalannya seperti jalan Tol. aspalnya sangat licin.


Inikah yang namanya "pembangunan ataukah pembuangan" yang sedang bapak Bupati berikan kepada masyarakat Nabire?.


Penulis Pemula Amo Yogi *)

TURNAMEN FUTSAL "PAMER CUP" YOGYAKARTA

Sabtu, 03 November 2012

Perbesar Brosur, Klik (GAMBAR UKURAN BESAR)!


Tempat: Langapan TIFOSI FUTSAL, JL. Sukonandi, No. 11B, Semaki Kulon Umbulharjo, Yogyakarta.
Berdekatan dengan Lapangan Mandala Krida.

Pembayaran terakhir saat TM di Lapangan dan Pendaftaran ditutup 1 hari sebelum TM.

AMP: MISTERI MENINGGALNYA SEPANYA TEBAI

Kamis, 11 Oktober 2012


Penulis Pemula, Sonny Dogopia*)

Foto: Sepanya Tebai, AMP/Korlap/ Dok. Prib/

Singkat  Tentang  Sepanya  Tebai  dan  Waktu  Terakhirnya
Sepanya  Tebai  lahir  di  Dogimani,  Kab.  Dogiai,  12  September  1991.  Sepanya  Tebai  adalah  aktifis  pejuang  Papua,  anggota  Aliansi  Mahasiswa  Papua  (AMP),  anggota  Ikatan  Pelajar  Mahasiswa  Nabire,  Paniai,  Dogiai,  dan  Deiyai    (IPMANAPANDODE)  Yogyakarta,  dan  sedang  kuliah  di  Universitas  Teknologi  Yogyakarta  (UTY),  Jurusan  Akuntansi,  angkatan  Tahun  2010/2011.

Seperti  biasannya,  tiap  tahun di Bulan  September  ada  sebuah  program  yang  dilakukan  keluarga besar  IPMANAPANDODE  Yogyakarta,  yaitu;  Malam  Keakraban  (MAKRAB).

Tahun 2012/2013,  tepat  pada  tanggal  01 – 02  September  adalah  hari  jatuh  temponya  kegiatan  Makrab.

Sebagai  anggota  IPMANAPANDODE  Yogyakarta,  Sepanya  tergerak  untuk  membantu  proses  pencarian  dana.  Buktinya,  Sepanya  pernah  jadi  wasit  pada  permainan  Voly  dan  Sepak  Takro  di  lapangan  Miliran,  belakang  Asrama  Mahasiswa  Papua.

Karakter  seorang  sepanya  yang  berani  dan  ramah  selalu  dikenang  kawan-kawan  seperjuangan  di  AMP,  kawan-kawan  IPMANAPANDODE  Yogyakarta,  dan  bahkan  orang-orang  yang mengenalinya.

Amoye  Yogi,  anggota  AMP  dan  anggota  IPMANAPANDODE  Yogyakarta  mengatakan,  “Adik  Sepanya  ni  aktif   di  Gereja,  sopan,  suka  tegur  dengan  sapaan  khasnya   ‘nauwaii,’ ”  dikutip  penulis,  Jumat  (05/10),  Pukul  01:12  WIB,  saat  ngopi  di  Jl. Balirejo, Yogyakarta.

Sabtu,  tanggal  01  September,  pagi  jelang  siang,  adalah  waktu  di mana  mulainya  kegiatan  Makrab.  Panitia,  Pemateri,  Senioritas,  Pendeta,  anggota  IPMANAPANDODE  Yogyakarta,  Peserta,  dan  Simpatisan,  bersiap-siap  di  Asrama  Papua,  Jl.  Kesuma  Negara,  No.  119,  Yogyakarta.  Dan  tiba  di  tempat  pelaksanaan,  siang.

Pada  hari  pertama,  berlangsung  sesuai  seting – an.

Di  hari  minggu,  tanggal  02  September,  merupakan  hari  terakhir  Makrab.

Tanggal  02  September,  Pukul  06:20-an,  merupakan  waktu  terakhirnya  Sepanya  Tebai  bersama  kawan – kawan  yang  mengikuti  Makrab.  Dan  Pukul  07:30-an  adalah  waktu  terakhir  Sepanya  di  Dunia,  menurut  surat  kepolisian.

Kronologis  Kejadian
Kronologis  kejadian  ini  ada  dua  versi.  Versi  Kepolisian  Negara  Republik  Indonesia,  Daerah  Istimewah  Yogyakarta,  Resor  Gunung  Kidul,  Jln.  Mgr  Sugiyopranoto  No.  15  Wonosari.  Dan  Versi  Keluarga  Korban.

Kronologis  Versi  Polisi
Foto:  Kronologis versi kepolisian/Scan/

Pada  Surat  laporan  kronologis  kejadian,  versi  Polisi,  No.  IV,  yang  diterima:
Bahwa  sebelum  kejadian  kecelakaan  sepeda  motor  Yamaha  Vega  Nomor  Polisi  AB – 3979 – PZ  yang  dikendarai  oleh  SEPANYA  TEBAI  berjalan  dari  arah  timur/Wonosari  menuju  ke  arah  barat / Yogyakarta  sesampainya  di  tempat  kejadian  perkara  pada  jalan  yang  menikung  ke  kiri  dan  menurun  sepeda  motor  tersebut  berjalan  terlalu  ke  kanan  dan  melewati  marka  jalan  tengah  berupa  garis  putih  tidak  terputus  pada  saat  bersamaan  dari  arah  berlawanan / Yogyakarta  datang  kendaraan  Truk  No.Pol.  AB – 9686 – DD  Karena  jaraknya  sudah  terlalu  dekat  sehingga  sepeda  motor  Yamaha  Vega  Nomor  Polisi  AB – 3979 – PZ  menabrak  bodi  samping  kanan  dari  kendaraan  Truk  Nomor  Polisi  AB – 9686 – DD,  setelah  kejadian  pengemudi  kendaraan  menolong  korban  dan  bawa  ke  Rumah  Sakit  Nur  Rohmah  Playen  Gunungkidul  untuk  mendapatkan  perawatan.

Pada  Surat  laporan  kronologis  kejadian,  versi  Polisi,  No.  V. Tindakan  yang  diambil  Petugas,  yang  diterima:
1.  Menerima  Laporan  dari Masyarakat.
2.  Mendatangi  Tempat  Kejadian  Perkara.
3.  Melakukan  olah  Tempat  Kejadian  Perkara.
4.  Mencatat  Indentitas  Saksi - saksi.
5.  Mendata  Identitas  Korban.
6.  Membuat  Laporan  Kronologis  Kejadian.
7.  Mengamankan  Barang  Bukti.

Kronologis  Versi  Keluarga  Korban
Sabtu,  tanggal  01  September,  pagi  jelang  siang,  merupakan  waktu  di  mana,  sudah  ditetapkan  untuk  berangkat  ke  tempat  pelaksanaan.

Semuanya  telah  kumpul,  termasuk  korban,  dan  siap  berangkat.

Denny  Kogoya,  simpatisan,  yang  hendak  sebelumnya  membawakan  diri  untuk  terlibat  dalam  keamanan  di  kegiatan  MAKRAB  tersebut  mengatakan,   “waktu  kumpul  di  Kamasan,  jalan  ke  tempat  pelaksanaan,  dan  saat  pelaksanaan  kegiatan  Makrab,  itu  ada  Intel,”  dikutip  penulis,  Kamis  (04/10),  Pukul  23:16  WIB, di  Asrama  Papua,  halaman  tengah.

Perjalanan  dan  hari  pertama  di  tempat  pelaksanaan  aman  dan  sesuai  seting-an  Panitia.

Malam  minggu,  di  Hari  pertama,  Sepanya  berkeinginan  ke  Jogja  Kota  pada  keesokkan  hari.  “Saya  besok  pagi  mau  ke  Jogja,”  kata  Sepanya,  saat  itu  kepada  teman- temannya  dan  beberapa  senior,  yang  ia  temui.

Di  hari  ke  dua,  Minggu  (02/09),  Pukul  06:20-an  WIB,  Sepanya  pergi  ke  Jogja  kota  dengan  alasan  Pelayanan  di  Gereja.  Hendak,  teman- teman  nya  dan  beberapa  senior,  menahan  keinginan  Sepanya.  Namun,  Sepanya  tetap  pergi.

Selang  waktu  30-an  menit,  tepatnya  07:00-an  WIB,  adalah  waktu  terjadinya  kecelakaan,  menurut  pemberitahuan  perkembangan  hasil  penelitian  laporan  oleh  Polisi.

Pukul  07:30  WIB,  Sepanya  di  bawa  ke  RS.  terdekat,  RS.  Nur  Rohmah  yang  membutuhkan  waktu  30  menit.  Menurut  petugas  di  RS.  Nur  Rohmah,  Sepanya  diantar  oleh  Ambulance  milik  RS.  Bethesda  dalam  kondisi  tidak  bernyawa.  Sehingga,  Sepanya  langsung  di  arahkan  ke  Ruang  Mayat.

Sebuah  pesan  singkat,  via-sms,  dikirim  oleh  Polisi  memakai  Kartu  SIM-nya  Sepanya  ke  Mas  Kris,  penjaga  Warung  Burjo  (Bubur  Kacang  Hijo)  di  depan  Kontrakan  Dogiai.  Mas  Kris  teruskan  sms  tersebut   ke  Mateus  Auwe,  Senior,  yang  berada  di  Papua  saat  itu.  Kemudian,  dengan  ekspresi  yang  kaget,  Mateus  teruskan  ke  teman-teman  di  Jogja,  yang  pertama  Isak  Waine.

Isak  Waine,  senior,  yang  berada  di  tempat  pelaksanaan  Makrab,  kaget  setelah  membaca  sms  yang  isinya,  “Anak  Papua  atas  nama  Sepanya  Tebai  kecelakaan  dan  kondisinya  kritis.  Sekarang  sedang  di  Rumah  Sakit  Nur  Rohmah,”  bunyi  sms  secara  inti.

Isak  Waine,  John  Kamo,  dan  Haris  Yeimo,  merupakan  senior,  serta  Lasarus  Goo  adalah  teman  seangkatan  korban.  Dengan  menggunakan  dua  motor  mereka  berempat  menelusuri  jejak  Sepanya.

Minggu  (02/10),  Pukul  09:20 – an  WIB,  rombongan  Isak,  keluarga,  tiba  di  RS.  Nur  Romah.

Di  Depan  RS.  Nur  Rohmah  terlihat  beberapa  Polisi.  Namun,  keluarga  langsung   bertanya  pada  petugas  piket,  “Di  mana  Pasien  yang  bernama  Sepanya  Tebai?”
Petugas  hanya  bisa  menunjuk  dan  berkata, “di  sana!”  Tanpa  memberitahukan  di  mana  kamar  sebenarnya.

Foto: Sepanya Tebai dan Kondis setelah ditemukan
di RS. Nur Rohmah/Dok. www.umaginews.com/

Setelah  berputar – putar  mencari  keberadaan  Sepanya,  akhirnya  ketemu,  dekat  dengan  petugas  piket.

Keluarga  korban,  memasuki  ruang  mayat.  Terlihat;  Pasangan  Ibu  jari,  Pasangan  lutut,  Pasangan  tulang  kaki,  Paha  kanan,  Pasangan  lengan  tangan,  dan  Keplala,  diikat  dengan  kain  perban.  Dan  terdapat  luka  gores  kecil  yang  dalam  di  Pasangan  Paha,  Perut  kanan,  Kepala  di  atas  alis  mata,  dua  tangan  yang  patah  membengkak,  bulatan  biru  di  perut  sebelah  kanan,  serta  pendarahan   dari  telinga,  hidung,  dan  mulut.

Menurut  Sopir  Truk,  Sepanya  menabrak  di  Bak  bagian  belakang.  Namun,  menurut  Polisi,  Sepanya  menabrak  di  depan  kanan.

Menurut  penjelasan  Dokter  Yosi  Tamara  kepada  keluarga  korban,  “Pembuluh  darahnya  pecah,  Korban  mengalami  geger  otak, sehingga  ada  pendarahan  di  area  kepala,  dua  urat  nadi  tangan  putus,  tulang  tangan  kiri  dan  kanan  patah,  Otak  kecil  mengalami  benturan  yang  berat,  dan  luka  dalam  pada  bulatan  warnah  biru  di  perut  samping  kanan.”

Untuk  biayanya  telah  diselesaikan  Kepolisisan  sebagai  Jasa  Santunan  Lalu – Lintas.  Polisi  telah  membayar  ruang  mayat,  peti,  pengiriman,  dan  semua  yang  berhubungan  dengan  finansial.

Pembuktian  Parahnya  Kecelakaan
Lintasan  di  tempat  kejadian,  tanjakan  dari  arah  Jogja  dan  menikung.  Turunan  dari  arah  Wonosari  dan  menikung.  Tetap  di  tikungan  adalah  titik  tabrak.
Gambar:  1.0,  Berdasarkan Teori Kekekalan Energi Mekanik. 
Di  tubuh  Sepanya  didapatkan  luka – luka  yang  membawa  kematian  padanya.  Sedangkan,  kecelakaannya   tidak  parah.

Menurut  Teori  Kekekalan  Energi  Mekanik,  “Tanpa  ada  gaya  luar:  kecepatan  akan  berkurang  ketika  mendaki,  menaiki  sebuah  ketinggian.  Begitu  pun  sebaliknya,  Kecepatan  akan  bertambah  ketika  menuruni  sebuah  turunan  atau  jatuh  dari  ketinggian  tertentu.”  Jadi,  pada  kasus  Tabrakan  ini,  kecepatan  dari  Trek  berkurang  (minim).  Namun,  dari  Motor  kecepatan  bertambah.

Di tempat kejadian saat itu sunyi. Dan tidak ada satu kendaraan pun yang menyambut Sepanya.

Berlanjut  pada  Teori  Kekekalan Momentum,  kita  akan  mengetahui  kecepatan  sepanya  setelah  tabrak.
Gambar:  1.1,  Berdasarkan Teori Kekekalan Momentum. 
Jelas  bahwa  dengan  massa  Truk  yang  lebih  besar,  apa  lagi  kecepatan  Motor  yang  maksimum, Sepanya  tidak  dekat  pada  truk.

Namun, hasil laporan Kepolisian tidak sesuai.
Foto: Letak  Sepanya  dan  Pos  Polisi/Dok. www.umaginews.com/

Rumusan  Analisa  Kasus
1.  Denny  Kogoya,  simpatisan,  yang  hendak  sebelumnya  membawakan  diri  untuk  terlibat  dalam  keamanan  di  kegiatan  MAKRAB  tersebut  mengatakan,   “waktu  kumpul  di  Kamasan,  jalan  ke  tempat  pelaksanaan,  dan  saat  pelaksanaan  kegiatan  Makrab,  itu  ada  Intel,”  dikutip  penulis,  Kamis  (04/10),  Pukul  23:16  WIB, di  Asrama  Papua,  halaman  tengah.

2.  Sepanya  nekat  pulang.  Ada  apa:  Panggilan,  sms,  atau  buatan?  Karena,  alat  (Alkitab  dan  sejenisnya)  tidak  di bawa  yang  merupakan  alasannya.
3.  Ada  Hubungan  apa,  antara  Polisi  dan  Mas  Kris?
Kenapa  tidak  sms/telepon  nama  keluarga  di  HP-nya  Sepanya.  Karena,  Mas  Kris  adalah  pilihan  Polisi  untuk  pertama  memberitahu.

4. Dari  data:  Pukul  06:20-an,  keluar.  Pukul  07:00,  kecelakaan.  Pukul  07:30  - an,  meninggal.
Selang  waktu  30 –an  menit,  korban  menderita.  Sangat  singkat.

5.  Dari  kronologis  Polisi,  Tr
uk  yang  membawa  korban  langsung  ke  RS.  Nur  Rohmah.  Tetapi,  petugas  RS.  Nur  Rohmah  mengatakan,  “Sepanya  diantar  oleh  Ambulance  milik  RS.  Bethesda  dalam  kondisi  tidak  bernyawa.
Kita  harus  tahu  bahwa  jarak  antara  TKP  ke  RS.  Nur  Rohmah  butuh  waktu  30-an  menit.  Berarti,  30-an  menit  penderitaan  Sepanya  ada  di  Tr
uk  atau  Ambulance  milik  RS.  Bethesda.  Pertanyaannya,  siapakah  yang  ada  di  dalam  Trek  atau  Ambulance ?

6.  Menurut  Sopir  Tr
uk,  Sepanya  menabrak  di  Bak  kanan  bagian  belakang.  Namun,  menurut  Polisi,  Sepanya  menabrak  di  depan  kanan.  Ada  kekeliruan  antara  Sopir  Truk  dan  Polisi.

7.  Luka  yang  terdapat  pada  sepanya,  korban,  berpasangan.

8.  Kalau  tempat  kejadian  saat  itu  sunyi,  tidak  ada  rumah ,  yang  ada  hanya  Pos  Polisi,  Siapakah  saksinya?

9.  Laporan  Kepolisian,  tidak  sesuai  dengan  objek  yang  terlibat.  Misalnya,  letak  tabrak  pada  Truk,  pengantar  Korban  ke  RS.  Nur  Rohmah,  dan  letaknya  korban  setelah  tabrak.

10.  Apakah  ada  musuh  yang  “berpakaian”  sama?

11.  Apakah benar Sepanya yang tabrak Truk, ataukah sebaliknya, atau ada kendaraan khusus yang berhasil menbrak Sepanya?

Menurut  pembuktian,  kejadian  yang  tidak  semestinya  menyabut  nyawa  Sepanya,  telah  terjadi.  Memang  pada  Kronologisnya  yang  mana,  melahirkan  Rumusan  Analisa  Kasus  merupakan  titik-titik  persoalan  yang  misterius.

Lampiran:
Foto: Truk dan kondisinya, Menurut Polisi/Dok. www.umaginews.com/
Foto: Bekas lecet, menurut Polisi/Dok. www.umaginews.com/

Foto: Titik tabrak, bak kanan belakang, menurut Sopir Truk
/Dok. www.umaginews.com/

Foto: Pembuktian titik lecetnya Truk/Dok. Prib/



Foto: Hasil Pembuktian/Dok. Prib + umagi/


Foto: Sepanya T. saat ditemukan di Ruang Mayat, RS. Nur Rohmah
/Dok. www.umaginews.com/

Foto: Jenasa Korban di bawa ke Kontrakan Dogiai, Jogja
/Dok. www.umaginews.com/

Foto: Surat Rumah Sakit/Scan/


Foto: Surat Kepolisian/Scan/


Foto: Surat Kepolisian/Scan/


Foto:  Kronologis versi kepolisian/Scan/


Foto: Surat Kepolisian/Scan/


Foto: Tanda terima barang bukti/scan/


Foto: Berita Acara Serah Terima Jenaza


::.. Komentar mu lebih berharga dari Harta dan Jabatan. Thanks... ;-) ..::